Kawasan Estuari Teluk Belawan

Estuaria merupakan salah satu bentuk atau tipe pesisir yang terjadi di pantai, dan merupakan suatu tempat yang spesifik. Terdapat 2 faktor prinsipal yang mempengaruhi suatu keadaan hidrodinamisme dari estuaria, yaitu aliran sungai dan arus pasang surut. Pada saat air pasang, air laut akan masuk dan mempengaruhi kadar salinitas serta kualitas air yang ada dalam estuaria tersebut. Biasanya daerah hilir sungai atau estuaria selalu dihubungkan dengan biota atau organisme yang hidup di air tawar. Estuaria juga berfungsi antara lain: sebagai tempat pemijahan dan tempat perlindungan, dan telah digunakan sejak dulu sebagai tempat penangkapan tradisional dan akuakultur.

Kawasan estuari merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat potensial bagi upaya mendukung program pembangunan berkelanjutan dan menjadi tumpuan harapan pembangunan nasional Indonesia di masa mendatang. Hal ini disebabkan oleh karena potensi sumber daya alam yang terdapat di darat semakin lama semakin menipis atau terkuras habis oleh berbagai kegiatan. Perspektif pembangunan menganggap kawasan pesisir sebagai suatu daerah dengan budaya yang khas. Dengan potensi sumberdaya yang besar, daerah tersebut sangat rawan terhadap konflik pembangunan sehingga merupakan suatu ancaman bagi lingkungannya sendiri. Berbagai aktivitas pembangunan industri, permukiman, pertanian, budidaya, pariwisata dan lain sebagainya, yang dilakukan di kawasan estuari selalu menimbulkan dampak negatif yang mengarah pada rusak atau punahnya ekosistem lingkungan. Dampak negatif yang sangat nyata terlihat antara lain : polusi atau pencemaran pada DAS, pesisir dan laut, erosi dan sedimentasi dan degradasi lingkungan yang semuanya mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan estuari.
Di kawasan estuari terdapat berbagai komponen yang merupakan suatu system dimana setiap komponen saling berpengaruh dan mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Dalam merencanakan suatu pembangunan yang berwawasan lingkungan, perlu dikaji secara mendalam semua unsur atau komponen yang ada dikawasan terkait. Dalam hubungannya dengan pemukiman nelayan, maka perlu dikaji terlebih dahulu hubungan, interaksi, sebab-akibat serta simbiosis / adanya keterkaitan ekologis antar komponen yang ada, khususnya terhadap perumahan nelayan.

Beberapa komponen di kawasan estuary teluk Belawan beroperasi dengan prinsip manajemen economic growth (EG), yaitu hanya berorientasi pada keuntungan secara ekonomi, dan belum memasukkan kegiatan pemeliharaan kualitas lingkungan didalam manajemennya. Pemeliharaan kualitas lingkungan dalam hal ini termasuk menjalankannya dalam kerangka suatu system ekologi yang saling memberi, pemakaian bersama suatu sumber daya, dan saling memanfaatkan di antara komponen terkait di kawasan.

belawan1Untuk itu dalam pengembangan suatu komponen sudah selayaknya dilakukan suatu kajian menyeluruh tentang hubungan antar komponen secara holistic dalam perspektif ekosistem di kawasan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menganalisis adalah dengan pendekatan “systemic thinking”, yaitu memandang suatu system secara holistik. Sistem thinking memandang bahwa setiap komponen dan subkomponen yang ada di dalam system tidak berdiri sendiri, melainkan berinteraksi satu sama lain, baik secara langsung maupun secara tak langsung. Dari sisi ekologi, pada setiap interaksi antar komponen terdapat simbiosis mutualisme. Dalam suatu pembangunan berkelanjutan, simbisosis mutualisme antar komponen di dalam system harus dipenuhi. Pada saat ini interaksi yang terjadi antar komponen di kawasan estuary Belawan belum saling memberi manfaat, tetapi masih saling memberikan dampak negative terhadap komponen lain akibat suatu aksi atau kegiatan dari suatu komponen. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu intervensi pada setiap interaksi yang masih memberi akibat negative bagi komponen lainnya, agar interaksi yang terjadi akan saling memberi manfaat bagi setiap komponen terkait.

Satu Tanggapan

Tinggalkan komentar