Calon Presiden Sadar Lingkungan?

Kampanye dalam rangka pemilihan presiden dan anggota legistalif pada bulan April 2009 sudah mulai dilakukan. Sementara ini bentuk kampanye masih berupa penyebaran poster, umbul-umbul, spanduk dan sebagainya. Menarik untuk disimak, apakah pada kampanye kali ini para calon presiden akan kembali mengutamakan iming-iming atau janji-janji seperti akan mensejahterakan rakyat , menaikkan gaji pegawai negeri, bebas uang sekolah dsb.

Terkait dengan masalah krisis sumber daya alam yang saat ini sedang menjadi perhatian seluruh dunia, apakah para calon presiden cukup melek dan sadar lingkungan, dapat dilihat pada saat kampanye.

Kunci Sukses

1. Orang-orang yang sukses menciptakan kesempatan; Orang-orang yang gagal semata-mata menunggu kesempatan
2. Orang-orang sukses selalu berprestasi; Orang-orang gagal bertopang dagu
3. Orang-orang sukses tahu diri dan tidak selalu sama dengan orang lain; Orang-orang gagal selalu membandingan diri dengan orang lain
4. Orang-orang sukses berpikir dulu baru bertindak; Orang-orang gagal bertindak dulu baru berpikir
5. Orang-orang sukses berdisiplin diri; Orang-orang gagal menurut kehendak hati
6. Orang-orang sukses berpandangan luas; Orang-orang gagal berpandangan sempit
7. Orang-orang sukses menghadapi masalah sebagai tantangan; Orang-orang yang gagal menghadapi masalah sebagai beban
8. Orang-orang sukses selalu berkata : “saya bisa” ; Orang-orang gagal berkata ” “saya tidak bisa”
9. Orang-orang sukses tidak pernah mengeluh; Orang-orang gagal menganggap orang lain sebagai penyebab
10. Orang-orang sukses memecahkan masalah; Orang-orang gagal terbawa masalah

Kendala dan Tantangan Dalam Penerapan Ekosistem Kawasan Industri

Pada abad-21, eko-industri dan pengembangan teknologi yang mengeliminasi ‘sisa’ atau ‘limbah’ dan memaksimumkan efisiensi akan mengalami masa kritis dalam usaha pengurangan pemakaian material dan energi serta memelihara kualitas hidup dan kualitas lingkungan. Perluasan eco-kawasan industri dengan mengembangkan eco-economi adalah eco-efisien, merupakan faktor yang menentukan apakah tekanan pasar akan berperan penting sebagai ‘penggerak perubahan (driver of change).

Kawasan Industri Kalundborg-Denmark

Kawasan Industri Kalundborg – Denmark
Negara yang pertama menerapkan prinsip-prinsip ekosistem industri dalam suatu Kawasan Industri adalah di kawasan Kalundborg Denmark. Pertukaran (exchange) ‘limbah’ antar industri independen dalam suatu sektor telah berlangsung berabad-abad untuk alasan sederhana yaitu untuk tujuan bisnis yang lebih baik. Akan tetapi pembentukan ‘ekosistem industri’ masih merupakan fenomena yang relative baru. Sebagai contoh di kawasan industri Kalundborg Denmark, ekosistem industri sudah dibentuk, yang antara lain melibatkan pabrik minyak, pabrik gyp, farmasi, peternakan ikan, stasiun pembangkit tenaga batubara dan kota komunitas Kalundborg.

Komponen dalam Rancangan Eko-Kawasan Industri

Meskipun dapat dikatakan masih berupa embrio, ekosistem industri merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan yang ‘berkelanjutan’. Konsep Ekosistem Kawasan Industri (Eco-Industrial Park / EIP) selanjutnya disingkat dengan EIP, pertama kali disosialisasikan secara formal pada tahun 1992-1993 oleh suatu kelompok / komunitas dari Indigo Development – Dalhouse University, dan kelompok / komunitas Work and Environment Initiative dari Cornell University. Pada tahun 1994, Environmental Protection Agency milik pemerintah United States of America membiayai Research Triangle Institute dan Indigo untuk memperdalam konsep

Klasifikasi dalam Ekosistem Industri

Ekosistem Industri dapat diklasifikasikan atas beberapa skala, dari terkecil hingga besar, dan dapat dipandang dari berbagai perspektif :

• Skala terkecil adalah ekosistem didalam satu industri / industri tunggal dimana komponen-komponennya dapat berupa pelaku bisnis industri, mulai dari produsen, distributor, supplier hingga konsumen. Dari sisi proses produksi, komponen dapat berupa tahapan produksi, mulai dari bahan baku mentah, produk yang dihasilkan, limbah dari proses produksi, hingga penggunaan limbah sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk lain. Dalam hal ini satu perusahaan dapat memproduksi lebih dari satu jenis produk, dimana limbah dari suatu produk dapat digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk produk lainnya.